Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1
Mairoza HR, S.S., Gr
Analisis Wawancara Pengambilan Keputusan Dilema Etika terhadap Kepala Sekolah.
Menjadi seorang pemimpin tentu bukanlah hal yang mudah karena memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar, terutama ketika harus mengambil keputusan yang terkait dengan kasus dilemma etika atau bujukan moral. Untuk itu sebagai calon pemimpin masa depan menggali pengalaman kepala sekolah mengenai pengambilan keputusan dilema etika dan bujukan moral merupakan sebuah langkah awal yang dapat saya lakukan untuk mengambil pelajaran dari pengalaman mereka.
Hasil wawancara Kepala sekolah I:
Cara saya mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilemma etika atau bujukan moral adalah dengan mengikuti intuisi saya, bahwa masalah ini membuat saya dilemma dan membuat saya bingung dalam mengambil keputusan. Saya menjalankan pengambilan keputusan di sekolah dengan mementingkan kepentingan bersama bukan kepada kepentingan individu. Langkan-langkah yang biasa saya lakukan selama ini adalah melibatkan semua pihak seperti komite, wakil kurikulum dan kesiswaan, guru BK, wali kelas dan guru mata pelajaran. Hal-hal yang menurut saya efektif dalam pengambilan keputusan selama ini adalah musyawarah. Yang merupakan tantangan dalam mengambil keputusan adalah ketika ada kepentingan individu di dalamnya sehingga saya harus mengambil keputusan yang mementingkan kepentingan orang banyak. Untuk mengambil keputusan saya melihat ringan atau beratnya kasus tersebut, jika ringan maka bisa saya langsung ambil keputusan dan untuk masalah yang besar saya membutuhkan waktu dan melibatkan orang lain. Faktor-faktor yang selama ini membantu saya dalam pengambilan keputusan adalah warga sekolah seperti komite, wakil kepala sekolah, guru BK, walas dan guru mata pelajaran. Dari semua yang telah saya sampaikan, pembelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman saya dalam mengambil keputusan adalah saya semakin terlatih dalam mengambil keputusan, semakin kuat dan bijaksana.
Hasil wawancara Kepala Sekolah II:
Cara saya mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilemma etika atau bujukan moral melalui wali kelas, guru konseling, wakil kesiswaan dan guru lainnya. Saya menjalankan pengambilan keputusan di sekolah dengan pengambilan keputusan melibatkan semua pihak. Langkan-langkah yang biasa saya lakukan selama ini adalah setelah mendapatkan informasi kasus saya menindak lanjuti dengan semua mengkonfirmasi permasalahan tersebut kepada yang bersangkutan, juga orang tuanya lalu berkumpul kembali dengan semua pihak barulah dilakukan pengambilan keputusan. Hal-hal yang menurut saya efektif dalam pengambilan keputusan selama ini adalah kolaborasi bersama semua pihak. Yang merupakan tantangan dalam mengambil keputusan adalah terkadang orang tua atau anak yang bermasalah tidak terbuka terhadap permasalahannya dan menutupi permasalahan tersebut sehingga proses pengambilan keputusan agak lama, selain itu juga waktu bagi saya dan semua pihak untuk dapat bertemu membahas permasalahan tersebut. Untuk mengambil keputusan tergantung dengan permasalahannya, jika ada kasus yang perlu perhatian khusus maka akan diselesaikan dengan cepat, sedangkan permasalahan umum saya memiliki jadwal sebulan sekali untuk membahasnya bersama warga sekolah, prosedur yang biasa saya lakukan yang pertama saya mengidentifikasi masalah, setelah guru konseling mengunjungi rumah peserta didik maka akan setelah itu dilakukan kajian, dan dilakukan konfirmasi dari pihak orang tua dan wali kelas, setelah itu dalam diskusi saya terlibat untuk pengambilan keputusan. Faktor-faktor yang selama ini membantu saya dalam pengambilan keputusan adalah guru konseling dan wali kelas, karena mereka yang tahu persis kondisi dan latar belakang murid. Dari semua yang telah saya sampaikan, pembelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman saya dalam mengambil keputusan adalah keputusan berdasarkan hasil pemikiran bersama diyakini lebih baik daripada hasil pemikiran orang-perorang, itulah yang saya rasakan bahwa melibatkan orang-orang disekitar kita menjadi sumbangsih pendapat dalam mengambil keputusan.
Hasil wawancara Kepala Sekolah III:
Cara saya mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilemma etika atau bujukan moral saya melihat apa penyebabnya, lalu mencari akar permasalahannya. Saya menjalankan pengambilan keputusan di sekolah dengan melihat keputusan mana yang lebih menguntungkan dan berpihak kepada siswa. Langkah-langkah yang saya ambil selama ini adalah saya melakukan musyawarah dengan guru-guru, saya juga meminta pandangan dari guru yang lebih senior atau atasan saya seperti pengawas atau korwil. Hal-hal yang menurut saya efektif dalam pengambilan keputusan selama ini adalah dengan musyawarah dengan guru-guru, pengawas dan korwil. Yang merupakan tantangan dalam mengambil keputusan adalah tergantung pada besar atau kecilnya kasus yang terjadi. Untuk mengambil keputusan tergantung dengan permasalahannya, jika ada kasusnya ringan atau urgent sehingga bisa diselesaikan pada hari/saat itu juga, ada juga ksus yang membutuhkan waktu untuk memanggil wali murid, pengawas, guru-guru dan mantan-mantan kepala sekolah yang memiliki pengalaman terhadap permasalahan tersebut. Faktor-faktor yang selama ini membantu saya dalam pengambilan keputusan adalah saya sering berkonsultasi dengan orang-orang yang sudah berpengalaman seperti komite sekolah, pengawas atau korwil. Dari semua yang telah saya sampaikan, pembelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman saya dalam saya dapat mencari akar permasalahan, mencari solusi yang dapat dilakukan, tidak mengambil keputusan dalam emosi tetapi dalam keadaan tenang, dan yang terakhir seberapa besar manfaat yang diperoleh oleh murid.
Berdasarkan hasil wawancara terhadapt ketiga kepala sekolah di atas praktik yang dijalankan selama ini dilakukan dalam mengambil keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika adalah musyawarah dengan melibatkan warga sekolah. Menurut saya dari ketiga praktik pengambilan keputusan dilemma etika tersebut setiap keputusan yang diambil sudah berpihak dan melibatkan kepentingan murid di dalamnya, meskipun mereka masih belum terlalu familiar terhadap 4 paradigma dilemma etika, 3 prinsip berpikir dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dilemma etika. Selain itu keputusan yang mereka ambil akan lebih baik lagi jika mereka juga memahami 4 prinsip dilemma etika , 3 prinsip berpikir dan mengambil keputusan dengan menerapkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Untuk mengambil keputusan pertama-tama saya harus bisa membedakan apakah kasus yang saya hadapi ini termasuk dilemma etika karena kedua pilihan benar atau kah bujukan moral karena pada situasi ini saya harus membuat keputusan antara benar dan salah. Setelah itu saya akan mengidentifikasi apakah kasus ini termasuk 4 paradigma dilemma etika yang mana, apakah dilemma individu lawan kelompok, dilemma rasa keadilan lawan kasihan, dilemma kebenaran lawan kesetiaan ataukah dilemma jangka pendek lawan jangka panjang. Setelah mengetahui paradigma dilemma etika yang sesuai maka saya dapat mengetahui bagaimana cara saya mengambil keputusan apakah dengan berpikir berbasis hasil akhir (ends-based thinking), pikerkir berbasis peraturan (rule-based thinking) atau berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Setelah mengetahui bagaimana saya akan mengambil keputusan maka saya perlu menguji keputusan saya tersebut apakah sudah berdasarkan kepada nilai-nilai kebajikan universal atau belum? Cara nya adalah dengan menerapkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan; diantaranya hal yang dilakukan pertama kali adalah mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan lalu mengidentifikasi siapa saja yang telibat dalam kasus tersebut, selanjutnya mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini kemudian melakuakan pengujian benar atau salah dengan memberikan pertanyaan tentang uji illegal, uji regulasi/standar professional, uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan/idola. Selanjutnya pada tahapan yang kelima adalah dengan melakukan pengujian paradigm benar lawan benar, setelah itu melakukan prinsip resolusi, lalu melakukan investifasi opsi trilema barulah melaksanaan ke tujuh tahapan tersebut barulah pada tahapan ke delapan membuat keputusan, namun tidak hanya berhenti di situ saja masih ada tahapan terakhir yaitu tahap 9 untuk melihat lagi keputusan yang telah dibuat dan merefleksikannya.
Dari ketiga hasil wawancara di atas saya menemukan fakta menarik bahwa para pemimpin tersebut sering menemukan kasus dilemma etika dan bujukan moral namun diantara ada yang tidak tahu istilah tersebut, ada yang baru mendengar dan sudah pernah mendengar dan mengetahui sedikit informasi mengenai istilah dan konsep dilemma etika dan bujukan moral. Selain itu saya juga melihat bahwa keputusan yang ketiga kepala sekolah tersebut ambil sudah menggunakan pendekatan berpihak pada murid dan nilai-nilai kebajikan namun belum diterapkan secara sistematis sesuai dengan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Dari ketiga hasil wawancara di atas saya melihat ada kesaman langkah yang diambil sebelum mengambil keputusan yaitu dengan musyawarah dan melibatkan semua pihak, dan hal yang membedakan adalah pada hasil wawancara ketiga saya melihat langkah-langkah yang diterapkan sebelum pengambilan keputusan tertata dengan sistematis sehingga semua pihak mendapatkan porsi yang sama dalam memberikan pendapat.
Dari ketiga hasil wawancara diatas saya melihat mereka cukup realistic dalam merencanakan pengambilan keputusan dan cara mereka mengukur efektifitas dalam pengambilan keputusan adalah dengan menekan resiko atau mencari solusi yang lebih sedikit kerugiannya dan lebih banyak keuntungannya atau manfaatnya terhadap murid.
Saya sendiri ketika menerapkan pengambilan keputusan dilemma etika pada lingkungan, murid dan kolega guru yang lain dengan menerapkah 9 langkah pengujian pengambilan keputusan dan berpikir sesuai dengan 3 prinsip dengan menganalisis paradigma yang terjadi kepada saya, saya akan menerapkannya di dalam kelas dan di dalam komunitas dalam waktu sebulan kedepan.
Saya membuat narasi tulisan saya dengan narasi orang pertama yaitu dengan menggunakan kata “saya”, karena saya ingin pembaca dapat merasakan pengalaman saya seolah-olah adalah pengalamannya sendiri, kemudian saya membayangkan pembaca saya dapat mengkaitkan pengalaman saya dengan pengalamannya setelah memabca tulisan saya.
Selain saya menulis dengan narasi orang pertama agar pembaca dapat merasakan pengalaman yang saya alami saya juga sudah berusaha menulis lebih dari minimal tulisan yang ditentukan agar intisari materi dan pendapat saya dapat dituangkan dengan jelas dan sesuai dengan yang ditentukan.