Tuesday, June 21, 2022

KHD (Konsep, Hayati dan Dedikasi) Refleksi 4P Mairoza HR

  
                Selama mempelajari Modul 1.1 tentang Pemikiran Dasar Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, saya dapat menyimpulkan proses pembelajaran saya ke dalam 3 tahap, sesuai dengan singkatan nama Ki Hadjar Dewantara yaitu KHD (Konsep, Hayati dan Dedikasi).

Foto konsep KHD Modul 1.1

Mengubah Konsep Diri, Menghayati Pemikiran KHD dan Mendedikasikan Diri untuk Peserta Didik

                Pada tahap konsep saya mengalami perubahan konsep, pola pikir, cara pandang terhadap sosok seorang guru dan tujuannya dalam pendidikan. Selama ini saya merasa bahwa sebagai seorang guru saya sudah menjadi sosok yang baik, mumpuni dan merasa hebat dalam memberikan pendidikan pada peserta didik. Semua kepercayaan saya tersebut runtuh ketika mempelajari Modul 1.1 Pemikiran Dasar tentang Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara.


                Sebagai seorang guru saya merupakan suri tauladan bagi peserta didik, memberi motivasi dan mendorong peserta didik untuk terus menggali potensinya sesuai dengan Ing ngarso sung tulodho, Ing Madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Selain itu sebagai seorang pendidik saya memiliki tugas dan tujuan untuk mengantarkan peserta didik demi mencapai keselamatan yang hakiki baik sebagai seorang manusia dan sosial masyarakat. Maka dari itu sudah kewajiban seorang guru untuk menuntun peserta didik sesuai dengan potensi atau kodrat alam dan menyesuaikan pembelajaran dengan kodrat zamannya sehingga dapat tercapai peserta didik yang berprofil Pelajar Pancasila.


                Setelah konsep pada cara pandang dan berpikir saya sebagai seorang guru berubah, saya mulai menghayati dan menanamkan pemikiran tersebut dalam diri saya. Ketika saya mencoba menerapkan atau mendedikasikan pemikiran menuntun peserta didik di dalam kelas saya menemukan beberapa hambatan dan kesulitan di antaranya adalah mengubah kebiasaan lama ke kebiasaan baru dalam belajar seperti melakukan kesepakatan kelas, awalnya saya berpikir anak-anak tidak memahami konsep kesepakatan kelas, namun saya mencoba menjelaskan dengan perlahan, akhirnya mereka mengungkapkan apa saja kesepakatan yang akan dibuat di kelas selama pembelajaran.


                Kesulitan yang saya hadapi adalah ketika pembelajaran berlangsung dan peserta didik belum terbiasa dengan kesepakatan kelas sehingga pada awalnya masih banyak peserta didik yang melanggar kesepakatan kelas, seperti tidak membuat keributan. Nah, saya berulangkali mengingatkan dengan kesepakatan kelas yang telah dibuat sebelumnya sehingga mereka mengingat kembali kesepakatan tersebut dan mulai memelankan suara mereka. Di sinilah peran menuntun yang tidak bisa dilakukan dengan cepat, butuh kesabaran dan pembiasaan yang berulang-ulang.


                Kemudian pada saat pembagian kelompok, terdapat salah satu siswa bernama Haldi yang ternyata tidak mau satu kelompok dengan seorang siswi yang sudah saya bagi. Saya berusaha membujuk siswa tersebut agar mau mengikuti pembelajaran, akhirnya ia pun mau meski duduk agak berjauhan dari kelompoknya. Di luar jam pelajaran saya mencoba untuk mendekati siswa tersebut dan menanyakan permasalahan kenapa ia tidak mau satu kelompok ke dengan siswa tersebut dan mencoba menasehatinya tanpa menghakimi pendapat maupun perasaannya. Saya mengatakan bahwa, "Mungkin saat ini kamu tidak bisa memaafkan temanmu karena merasa sakit hati, tapi ibuk yakin suatu hari nanti kamu akan berbesar hati untuk memaafkannya karena memaafkan bukan untuk orang lain tetapi untuk diri sendiri, supaya kita bisa hidup dengan lebih bahagia"


                Setelah mempelajari Modul 1.1 Pemikiran Dasar tentang Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara perasaan saya campur aduk, ada perasaan menyesal dan bersalah. Perasaan itu muncul karena saya merasa telah menjadi guru yang egois. Sebagai seorang guru, selama ini saya mengira kewajiban saya hanya mengajar dan menyampaikan pembelajaran, saya lupa bahwa peserta didik memiliki kodrat alam/potensi yang berbeda-beda dan kemampuan yang berbeda-beda, karena keegoisan saya untuk menyelesaikan materi yang harus sasya selesaikan, sehingga saya meninggalkan peserta didik yang masih belum menguasai materi dan berpikir bahwa suatu hari nanti mereka akan memahaminya sendiri.


                Saat pembelajaran di kelas pun saya melihat peserta didik yang sangat antusias dalam belajar Bahasa Inggris akan tetapi belum memiliki rasa percaya diri untuk menunjukkan kemampuan mereka. Mereka butuh didorong, dimotivasi, diyakinkan dan diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengeksplorasi kemampuan mereka dalam pembelajaran. Meski awalnya masih sulit, saya tidak ingin rasa menyesal dan bersalah ini saya bawa seumur hidup, sehingga saya harus percaya dan optimis bisa memberikan perubahan positif pada peserta didik.


                Selama pembelajaran saya mulai menemukan hal-hal baru ketika saya menerapkan aksi nyata dengan pemikiran dasar tentang Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara yaitu saya memiliki semangat dan keinginan mendalam untuk membuat perubahan dalam cara menuntun peserta didik dengan memperhatikan kodrat alam/potensi serta kodrat zamannya. Saya juga menemukan bahwa peserta didik memiliki keunikan masing-masing yang sangat menarik yang bisa digali potensinya.


                Kedepannya, saya akan mendedikasikan diri dalam menuntun peserta didik dalam memberikan pembelajaran yang menarik dan mendorong peserta didik dalam mencapai profil pelajar pancasila. Semoga saya bisa dengan konsisten dalam menerapkan pemikiran KHD ini ke dalam diri saya dan kelas yang saya ajarkan.


Monday, June 6, 2022

Nilai dan Peran Guru Penggerak Versi Mairoza HR


Tugas 1: Refleksi         

 

apa itu diagram trapesium

          

                    Menurut saya ada 2 hal yang menyebabkan kita teringat akan suatu momen yang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya, yaitu karena momen tersebut begitu spesial atau momen itu menyakitkan. Hal yang sama juga terjadi pada saya. Ada banyak sebenarnya, akan tetapi ada 2 peristiwa positif dan peristiwa negatif yang sangat membekas bagi saya selama menempuh masa pendidikan dari usia 6 tahun sampai 17 tahun.

                     Peristiwa positif yang saya alami pada usia 12 tahun adalah pada saat saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, pada saat itu saya sangat menikmati peran baru saya sebagai peserta didik baru di sekolah tersebut, saya sangat giat belajar, saya sering dipuji guru dan mata pelajaran kesukaan saya pada saat itu adalah bahasa Inggris sampai akhirnya semester ganjil berakhir dan saya diumumkan sebagai juara pertama di kelas dan juara umum di sekolah. Saya sangat bahagia pada saat itu dan semakin bersemangat dalam belajar dan dekat dengan guru.

                     Seiring berjalannya waktu semakin bertambah usia dan meningkat jenjang pendidikan yang ditempuh yaitu di Sekolah Menengah Atas keluarga saya mendapatkan masalah. Pada saat akhir pendidikan ayah saya meminta saya untuk melanjutkan studi ke Bekasi karena ada permasalahan yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan studi di daerah saya. Namun salah seorang guru yang masih ada hubungan keluarga menentang keputusan ayah untuk menyekolahkan saya di Bekasi, ia berkata pada saya secara langsung bahwa dengan kondisi keluarga kami yang sedang ada masalah ia memprediksi bahwa saya tidak akan selesai dan ujung-ujungnya kembali ke desa. Ia pun menyarankan untuk melanjutkan studi di Jambi dan mengambil jurusan hukum dengan tinggal bersama bibi di sana. Pada saat itu saya merasa sangat sedih, saya merasa seharusnya saya didukung dan diberikan semangat agar dapat meraih cita-cita akan tetapi saya merasa dijatuhkan.

                   Orang-orang yang terlibat dalam peristiwa positif adalah para guru saya sewaktu SMP dan teman-teman, sedangkan pada peristiwa negatif ada guru saya dan ayah saya. Pada saat saya mengalami peristiwa positif saya merasakan dampak emosi gembira dan percaya. Dampak gembira ini masih terasa pada diri saya ketika belajar dan memberikan pembelajaran pada peserta didik di kelas. Dalam pembelajaran pendidik wajib memberikan aura gembira pada peserta didik nya agar proses pembelajaran tidak terasa berat dan sulit bagi mereka. Selain itu ada rasa percaya pada diri saya bahwa saya bisa mentransfer kegembiraan pada peserta didik saya, rasa percaya diri pada kemampuan mereka untuk menggali potensi mereka.

                     Akan tetapi pada peristiwa negatif, meskipun pada masa itu saya merasa kecewa dan sedih namun hal tersebut dapat memacu semangat saya untuk membuktikan bahwa saya akan kembali ke daerah saya dengan membawa gelar sarjana pada nama saya, sehingga rasa optimis sampai saat ini masih memberikan dampak emosi yang paling besar dalam perjalanan karir saya sebagai pendidik. Saya optimis bisa memberikan perubahan, meskipun secuil. meski perubahan yang secuil itu dilakukan oleh beberapa orang bahkan ratusan maka perubahan itu bisa menjadi besar.

                    Sampai detik ini saya masih teringat akan peristiwa positif dan negatif tersebut, menurut saya hal ini dikarenakan peristiwa itu berkaitan dengan emosi yang tersimpan di dalam diri saya. Sehingga dari Trapesium usia ini saya mulai menyadari bahwa apa yang saya rasakan di masa lalu baik itu positif atau pun negatif akan memberikan dampak emosi pada diri saya di masa depan, bagaimana cara saya menerima peristiwa itu apakah secara negatif atau positif juga akan membentuk peran saya dalam mendidik peserta didik. 

                    Dalam hidup tentu tak selalu mulus, pastinya ada peristiwa yang menyenangkan ada juga yang menyedihkan. Kini tergantung diri sendiri mau bagaimana menyikapinya. Bagi saya, bersyukur adalah salah satu cara menerima peristiwa tersebut karena jika saya tidak melalui hal ini saya tidak akan menjadi sosok yang sekarang. Sudah menjadi tugas atau peran saya untuk dapat memberikan kebahagiaan, rasa percaya dan optimis kepada peserta didik dalam pembelajaran agar mereka pun bahagia dalam menerima pembelajaran, percaya bahwa mereka mampu dan optimis menggali potensi diri mereka.

                  Sebagai seorang Guru saya ingin memberi makna dan peran baru kepada murid saya yaitu saya adalah pemimpin yang akan menuntun, menggandeng dan mengantarkan mereka menemukan dan menggali potensi dalam belajar bukan pemimpin yang hanya memerintah, menuntut tanpa mengukur kemampuan mereka dengan tuntutan saya. 


Tugas 2 : Nilai dan Peran Guru Penggerak

                   Sebagai seorang guru saya memiliki nilai optimis, pantang menyerah dan suka berbagi.  Dengan ketiga nilai yang saya miliki ini saya berharap dapat membantu menggerakkan murid, rekan guru dan komunitas sekolah saya. Dengan nilai Optimis, pantang menyerah dan suka berbagi saya menjadi guru yang selalu mendorong peserta didik untuk percaya pada kemampuannya, saya pun berupaya untuk masuk dalam tim kurikulum IKM agar dapat menggerakkan rekan guru untuk mengenal pembelajaran merdeka serta saya suka berbagi pengetahuan dan wawasan dalam komunitas sekolah seperti melakukan workshop tentang IKM. Begitulah saya memberikan nilai-nilai yang ada dalam diri saya serta berperan untuk menggerakkan murid, rekan guru dan komunitas sekolah.    


Penutupan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5

                Ada rasa haru, rasa syukur dan lega ketika Ibuk Oz menghadiri kegiatan Penutupan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 5 Selasa...